in silentio et spe fortitudo mea

redefining success!!

…. dan Dialah…

 Dialah, yang menciptakan segala jiwa

Dengan ribuan keunikan dan warna…

 

Dialah yang menunjukkan tiap jiwa

Dengan tenang cahaya bahkan gelap gulita…

 

Dialah yang memberi kebijaksanaan

Pada setiap jiwa yang dicintaiNya

 Dialah pemberi nafas bagi dunia

Dialah sumber dari segala doa

Dialah pengatur detak setiap sukma

Dialah penghantar setiap duka dan bahagia

 Antara ada dan tiada

Antara tangis dan tawa

Antara hidup dan kematian

Antara jiwa dan raga

 

….dan Dialah…

April 13, 2008 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

JENUH

aku melarikan diri dari kegagalan yang mencintaiku,

kegagalan dan kesedihan  yang selalu rindu untuk kusentuh dan kuremas…

aku lari dari mereka….                               

menuju sebuah bukit hijau yang sejuk dimana terdapat tiga sungai madu,

yang bermuara pada laut kebahagiaan…

 

disana aku duduk di bawah sebuah pohon besar lagi rindang

yang sedang menidurkan anak-anak burung di pangkuannya

dan disanalah aku bercakap-cakap dengan jiwaku, dan

sejenak kemudian merenungi kesendirianku….

 

ibu pohon yang suaranya amat merdu, aku teramat lelah dengan hidupku…!

begitu panjang kalimat-kalimat yang harus kutulis

beribu liter tinta telah habis olehku kini,

namun masih ada begitu banyak hal yang belum tergores

 

ibu pohon yang sentuhannya menyejukkan hatiku, peluklah aku….

dan nyanyikanlah aku sebuah lagu tentang kekuatan

dan sebuah lagi tentang cinta…

cinta yang sesungguhnya,

yang tak hanya tertawa namun juga menangis…

yang tak hanya meminta namun juga memberi, dan

yang tak hanya sekarang namun juga untuk selamanya…..

 

ibu pohon yang telah membesarkan berpuluh anak burung,

katakan padaku satu hal, siapakah yang telah membuatku begini tersiksa?

yang telah memaksaku untuk bercumbu dengan ribuan kegagalan, siang maupun malam?

apakah ayahku yang bernama “kehormatan”?

ataukah ibuku yang bernama “harga diri”?

yang dengan sayatan-sayatan perintahnya telah melukai kulitku?

 

ibu pohon yang telah menyaksikan beribu anak daunnya mati,

sosokmu begitu mengagumkan buatku…!

dengan badanmu yang tinggi besar menjulang ke langit, dan

akarmu yang erat mencengkeram bumi,

namun daun-daunmu begitu lembut dan penuh kasih…

 

maukah kau ajari aku untuk bisa menjadi seperti kau?

yang tulus dalam mencinta…

yang memaafkan angin ketika ia meniupmu dengan amat kencang…

yang membesarkan anak-anak burung tak dikenal dalam naungan dedaunanmu…

dan..

untuk tetap tegar meski cabang-cabang impianmu hangus

tersambar halilintar hebat semalam….

 

ibu pohon yang baik… tidakkah kau dengar suara parau itu?

itu suara ibuku..!

yah, aku harus pulang sekarang..

namun dua hari lagi aku akan kembali lagi ke sini, untuk

belajar bagaimana menjadi sepertimu….

 

 

April 13, 2008 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

Einstein Said ….

  • “A human being is a part of a whole, called by us _universe_, a part limited in time and space. He experiences himself, his thoughts and feelings as something separated from the rest… a kind of optical delusion of his consciousness. This delusion is a kind of prison for us, restricting us to our personal desires and to affection for a few persons nearest to us. Our task must be to free ourselves from this prison by widening our circle of compassion to embrace all living creatures and the whole of nature in its beauty.”

April 8, 2008 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

AKU INGIN MELANGKAH BERSAMAMU

Jika aku bisa memilih, aku akan memilih jalan ini. Jalan yang membuatku menemukanMu. Jalan yang membawa langkahku padaMu. Jalan yang membuatku mengenalMu, mencintaiMu, dan mampu melakukan apapun atas namaMu.

Jika aku bisa memilih, aku takkan merubah masa laluku. Aku takkan merubah inginku. Aku pun takkan menginginkan pilihan itu. Karena itu semua telah membawaku sampai padaMu. Aku telah sampai padaMu. Pada cita-citaku. Pada cintaku. Pada kecemburuanku yang terbesar.

Jika aku bisa mencintaiMu kini, aku berjanji akan mencintaiMu hingga nanti.

Jika aku bisa berjalan sejauh ini demi diriMu, aku berjanji akan untuk menempuh ribuan tapak lagi denganMu.

Jika aku mampu menahan setiap sakit sebelum kumenemukanMu, maka aku pasti mampu menemukan obatnya padaMu.

Jika aku bisa memilih, aku ingin melangkah bersamaMu.

Bernyanyi bersamaMu.

Menuangkan setiap bahasa hatiku bersamaMu.

Maka kini ijinkan aku tinggal bersamaMu, ijinkan aku meraih ridha-Mu, ijinkan aku tinggal dalam kedamaian ini selamanya, ijinkan aku menyanyikan setiap lagu cintaku bersamaMu.

Karena kuingin melangkah bersamaMu. 

February 2, 2008 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

KESEMPURNAAN ADALAH…

Kesempurnaan bukanlah matahari yang pasti bersinar sepanjang hari. Bukan pula gulungan ombak yang setiap waktu menepi. Kesempurnaan haruslah diupayakan, dijalani dengan segenap kuasa. Karena kita manusia. Tuhan telah menetapkan kita sebagai karyaNya yang paling sempurna. 

Kesempurnaan bukanlah seperti bumi yang pasti berputar. Bukan pula seperti adonan kue yang pas takarannya. Kesempurnaan haruslah diupayakan, dijalani dengan segenap kuasa. Karena kita manusia. Tuhan telah menetapkan kita sebagai karyaNya yang paling sempurna 

Kesempurnaan bukanlah seperti istri yang selalu memuaskan suami.  Bukan pula seperti anak-anak yang selalu mendapat nilai terbaik di sekolahnya. Kesempurnaan ada dalam setiap upaya yang dijalani dengan segenap kuasa kita. Karena kita manusia. Tuhan telah menetapkan kita sebagai karyaNya yang paling sempurna.

Apakah kesempurnaan itu? Adakah ia berwujud kepastian dalam hidup? Kepastian dalam menghela dan menghembuskan nafas? Kepastian akan apa yang kita miliki saat ini?  Kesempurnaan adalah setiap kebahagiaan yang kita raih, Tidak perduli seperti apa bentuk dan warnanya.

Kesempurnaan adalah setiap cinta yang mampu kita bagi.

Kesempurnaan adalah tahu bagaimana menjadi gagal, karena tanpa tahu rasanya menjadi gagal kita tak akan pernah tahu rasanya menjadi menang…  

Kesempurnaan adalah jalan yang hakiki.Ia tidak terkait dengan kekayaan, kemashuran, dan gelar.Tidak pula terkait dengan pernikahan, keturunan, dan kebagusan wajah seseorang. 

Sempurna adalah sempurna. 

Seperti sakura yang mekar pada waktunya, jalan hidup yang penuh dengan pengalaman bukannya penyesalan, dan seperti seorang samurai  yang tahu kapan harus menghunuskan dan menyarungkan kembali pedangnya. 

Untukku, itulah kesempurnaan.

Aku hanya peduli pada satu hal setiap hari,

Menjalani hidup dengan penuh kesempurnaan hingga matahari pulang ke kandangnya. 

February 2, 2008 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

SubuhMu kali itu

Diam duduk di sampingku,

Di tengah suara malam yang semakin sendu dan sayup,

Diam terduduk diam tak bersuara

Perlahan kususuri angan masa lalu kutapaki hari kemarin dan kuciumi baunya satu persatu

Perduliku tak perduli dengan sikapku waktu itu, perduliku hanya perduli pada gembira hati yang memburu nafsu

Perduliku tak perduli dengan masa ini, perduliku hanya perduli pada masa itu

Diam masih duduk di sampingku ketika kuberdiri dan tundukkan hati dalam desau suara penyeruMu yang kian menguat kemudian menghilang

Diam masih diam, merutuk sejuta sesal yang hanya bisa diamini oleh hati yang kadung kacau…entah sesal yang mana, entah hati yang mana dan entah berapa kali amin yang ia lantunkan

Diam masih terduduk di sampingku ketika kuakhiri sujud terakhirku di SubuhMu

dan diam masih merutuki diri dan mengamini diri di ShubuhMu kali itu…

December 8, 2007 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

Suara Itu Mengingatkanku Pada Sesuatu

Alunan suara itu begitu lantang. Begitu penuh pengabdian. Begitu penuh rasa cinta dan kebahagiaan yang tiada terkira. Alunan suara yang menyesakkan tenggorokan siapapun yang mendengarkannya. Alunan suara yang bisa menghancurkan tembok keangkuhan manusia selama ini. Betapa aku merindukan alunan suara itu, panggilan itu. Panggilan yang begitu mampu merasuk ke dalam kisi kalbuku dan membuatku tak berdaya, mati kutu, tak mampu lagi berkata-kata.

Labbaik Allaahumma Labbaik

Labbaika La Syarika Laka Labbaik

Innal Hamda Wa Nikmata Laka

Wal Mulka

Laa Syarii Ka Lak 

Air mata pecah di sudut hati yang rapuh karena tak mampu menanggung kerinduan yang teramat sangat. Aku bertanya pada diriku sendiri, kapankah aku akan melantunkan panggilan itu. Kapankah akan kulantunkan kalimat-kalimat itu di hadapan rumah Tuhanku yang Maha Mulia?

Isak tangis membuatku semakin sesak, betapa besar kerinduanku. Betapa ingin aku datang. Betapa besar kecintaanku padaNya kini terasa. Lebih dari cukup Ia memberiku berbagai nikmat tak tertandingi yang mungkin takkan pernah dirasa oleh manusia yang lain. Namun lihatlah, betapa seringnya aku menyia-nyiakan semua kebahagiaan dan nikmat itu. Perasaan bersalah semakin menderaku. Menyerang pula rasa rindu itu dalam tiap isakanku. Semakin kuat. Semakin menyesakkan.

Allahu Akbar, Allah Yang Maha Besar, betapa kecilnya diriku, betapa tak berartinya diri ini. Segala nikmat tanpa batas yang Kau beri seolah hanya setitik kecil kenikmatan di mataku. Ampuni aku yang tak mampu melihat segala karuniaMu, maafkan aku yang begitu sering mengingkari cintaMu padaku.

Aku rindu padaMu, rindu menjawab panggilanMu. Suara yang terlantun itu selalu mengingatkanku pada sesuatu yang lebih dari sekedar janji dan pengharapan. Lebih dari cinta. Lebih dari kasih. Lebih dari tangis hati berjuta manusia yang menderu di setiap putaran waktuMu.

Suatu saat air mata ini akan terhapus, tapi perasaan rinduku akan diriMu betul-betul akan membuat hidupku setengah mati mengharapkan ridhoMu.

Dan kini, lihatlah aku yang tak lagi sanggup merangkai kata untuk berjuta kalimat indah bagiMu yang Maha Indah, Maha Harum, Maha Halus. Hanya pengharapan yang besar akan panggilan dan sentuhanMu pada setiap detik hingga aku berlalu.

Ikhlaskanlah hati ini Ya Allah, ketika aku tak sanggup lagi meminta.

Kuatkanlah hati ini Ya Allah dan jangan hinakan diriku dengan Kau biarkan berharap pada makhluk-makhlukMu dan pada sesuatu selain diriMu.

Terimalah sujud dan pengabdianku, sebelum duniaMu berhenti berputar.

September 22, 2007 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

From A Bestfriend Of Mine….

IS THERE REALLY A PLEASANT WAY OF LETTING GO??

A “quick, painless and easy” way of doing it, so to speak? 

I mean, how are you suppose to let go of something that has been in your system for so long–long enough to become an integral part of you. Part of what makes you tick, what makes you feel alive. Give you a sense of purpose. Something that you hold very dearly–and not feel even the slightest pang of pain? Or guilt of that matter?

Even when you are perfectly aware that you are not supposed to (meant to?) have that something in the first place?

You are tempted, of course, to take the logical approach, so that you can justify or at least provide some degree of explanation backed with a decent (rational?) argument of The Letting Go to your kicking and screaming inner self.

And so you do the cost-benefit study. make a pros and cons analysis. A comprehensive list of letting go how-to culled from relationships guru’s best-selling books, only to be confronted a short while later with one disturbing and inescapable fact, a foregone conclusion that those things just don’t–and will never apply to this kind of predicament.

Simply put; you can’t take the cold, clean, silver blade of reason and measure it with this red-blooded, emotional and perhaps twisted notion.

You just can’t.

Period.

Then, while you are entertaining a rather distressing thought of weighing other unpleasant options in you head, one realization dawned on you; the only way to solve this sticky matter is just to grit your teeth and do it. 

A “fuck it!! cut the cord!!” solution.

It’ll be messy, granted. letting go is, afterall, analogous, to amputation at this late stage. But at least you are forewarned and have learned how to shut down your senses so it won’t be all to painful.

“Braver now, only a slight discomfort”, you tell yourself reassuringly.

That and the bloody bits and pieces, and splinters, unavoidable really, none comes with a guarantee it can be put back together rightly again, are the risk that you are now willing to take, if only a bit reluctantly. You do it for want of a more starightforward options. And perhaps, more importantly, more manly one.

But, as with almost every thing in your life, understanding it at gut level doesn’t necessarily translate into action. And you take a long, deep, rather sheepish breath of frustration. Cursing yourself for yer complete lack (absence!) of courage. Blaming your system’s inability to act when it counts the most. And all those talks about you mastering the oh-so subtle art of letting go. Pah!!

You take the comfort in the thought that maybe this failure to take action was a mere defense mechanism. Your system’s way of protecting itself from an imminent surge of pain that surely follow.

Then, as a frantic bout of inner debate ensues, questions coming thick and fast, a series of What Ifs that refused to be put down.

Back to square one. Bloody Hell!!

IS THERE REALLY A PLEASANT WAY OF LETTING GO?

(Thanks to Cau, for this inspiring article… 🙂)

September 21, 2007 Posted by | My Curhats | Leave a comment

Tiada Yang Lebih Baik Daripada…

Tiada kekayaan lebih utama daripada akal.

Tiada kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan.

Tiada warisan lebih baik daripada pendidikan.

Tiada pembantu lebih baik daripada musyawarah.

Tiada harta lebih berharga daripada akal.

Tiada kesendirian lebih sepi daripada keangkuhan diri.

Tiada kebijakan lebih baik daripada hidup sederhana dan terencana.

Tiada kemuliaan lebih tinggi daripada ketakwaan.

Tiada kawan karib lebih baik daripada keluhuran budi.

Tiada petunjuk jalan lebih baik daripada taufik ALLAH SWT.

Tiada kehati-hatian lebih baik daripada pengekangan diri terhadap barang yang haram.

Tiada ilmu lebih baik daripada hasil tafakkur.

Tiada imam lebih baik daripada rasa malu dan sabar.

Tiada kehormatan diri lebih baik daripada tawadhu’.

Tiada kemuliaan lebih baik daripada ilmu.

Tiada kekayaan lebih baik daripada kemurahan hati.

Dan tiada dukungan lebih baik daripada nasihat yang tulus.

(Imam Ali R.A.)

September 17, 2007 Posted by | Sisi Lain | Leave a comment

Definisi Cinta

Aku tak pernah tahu artinya mencintai sampai aku mengalami beberapa kejadian yang berturut-turut menyandungku dan membuatku mengerti akan arti cinta yang sesungguhnya.

Orang bilang cinta itu tak harus memiliki, orang bilang cinta itu rela berkorban, orang juga bilang cinta itu saling melengkapi. Tapi pada kenyataannya, cinta ternyata lebih besar dan lebih agung daripada itu semua. Tak ada definisi khusus yang aku temukan yang bisa menemukan makna cinta sesungguhnya.

Bagaimana mungkin aku akan bertahan dengan kesakitan dan kepahitan ketika melalui setapak panjang berduri jika tak ada cinta? Bagaimana aku akan bertahan melewati hari-hari sepi tanpa seorang ayah jika aku tak memiliki cinta yang mendalam padanya? Bagaimana mungkin aku bisa melihat cinta itu mengelilingiku jika aku tak punya cinta dan tak merasainya?

Cinta lebih besar maknanya dari yang terpikir, cinta tak terdefinisi oleh manusia, cinta tak lagi terbagi pada sub bab-sub bab yang mengkotak-kotakkan berbagai arti dalam sebuah kata yang sama…cinta.

Tidak butuh kamus untuk mendefinisikan cinta, tidak butuh penterjemah untuk membuat dia yang kita cintai mengerti. Aku telah membuktikan bahwa cinta ternyata bukanlah sebuah kata yang harus diucap, tapi ia adalah sebuah kisah spiritual yang membutuhkan pemahaman dan kesediaan berfikir dalam mencernanya. 

Maka kini aku mengerti arti kalimat “Takkan Sesuatu Datang Ketika Kau Belum Siap Menerimanya”, dan itulah yang terjadi dalam kehidupan ini tanpa terkecuali. Kecuali kita siap untuk mencintai, maka sampai kapanpun kata “cinta” itu  tak lebih dari sekedar 5 huruf berturutan yang takkan menimbulkan sensasi apapun ketika kita menjalaninya. 

Cinta bukanlah sesuatu yang harus diucap, karena ia bukanlah sebuah dongeng yang harus dicatat. Cinta bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibanggakan ketika besarnya melebihi cinta kita pada Sang Pencipta. Maka cinta tak akan berarti apapun jika aku belum melihatnya sebagai suatu hal yang lebih besar dari cinta itu sendiri.

September 5, 2007 Posted by | My Blog | Leave a comment